Pulau Sempu, Lah Cagar Alam?

Ada perjalanan yang cukup melelahkan, menyenangkan, mendebarkan, menyedihkan, mengecewakan. Inilah perjalanan saya menuju pulau sempu. Oke, kali ini saya tidak terlalu membahas bagaimana cara saya dan teman-teman saya kesana. Pasti sudah banyak blog yang membahasnya. Masalah rute? saya pun punya data waypoint di gps, awalnya sebelum saya sampai di segara anakan, saya ingin memposting rute yang nantinya bisa menjadi tuntunan buat traveller yang lain. Tapi setelah sampai di segara anakan, pikiran saya berubah. Maaf ya, bukan saya mendukung aktivitas para mafia yang hanya mengharapkan pendapatan dari guide/perijinan di pulau sempu. Tapi karena alasan terlalu banyak sampah yang dibawa manusia dari peradaban.

Saya dan teman-teman sudah terbiasa trekking, saya pun juga sering blusukan di daerah kumuh di kota-kota besar. (kalau pas main di kota besar aja sih). Saya juga terbiasa melihat sampah-sampah bertebaran. Kali ini adalah pemandangan lain.
Kalau di kota besar, sampah adalah biasa, tapi di alam bebas, sampah adalah benda asing bagi saya. Kalau di gunung, kalau membawa barang asing harus dibawa pulang, termasuk sampah. Nah kalau di pantai? bukan nya hukumnya sama? menjaga lingkungan adalah hal yang wajib bukan? bukannya membuat gunungan sampah.

IMG_5872 HDR IMG_5786 IMG_5789 IMG_5830 HDR Mode

Oke, ini indahnya pulau sempu di bidikan saya, segara anakan tepatnya yang saya kunjungi, indah bukan viewnya? pantaslah bila segara anakan ini menjadi tujuan wisata adventure.
tapi ada bidikan saya yang nggak kalah keren juga.

IMG_5856 IMG_5857 IMG_5858 IMG_5859 IMG_5901 IMG_5902 IMG_5905Ada kera makan sampah, pemandangan yang asing bagi saya. Di pulau ini, yang merupakan cagar alam. Miris, hal yang pertama kali dalam benak saya ketika sampai di segara anakan. Saya ikut merasa bersalah juga ketika saya mengunjungi tempat ini. Betapa tidak, mungkin hal ini diakibatkan oleh pola perilaku traveller yang tak bertanggung jawab.

Oke masalah bayar membayar tidak jadi masalah ketika saya tak menjumpai pemandangan kotor seperti ini, biaya yang cukup besar yang harus dibayarkan, sepertinya tidak ada pos untuk biaya kebersihan pulau ini.
Kalau mau dikomersilkan kenapa tidak siap dengan konsekuensi?

Saya jadi berpikir, apalah arti biaya yang dibayarkan mungkin hanya masuk kantong para mafia tersebut. Saya melihat di google, sebagian besar pasti membahas wisata di pulau ini. Sekiranya ini adalah hal yang harus diperbaiki cepat atau lambat.

Sebaiknya harus ada waktu-waktu tertentu dimana wisatawan dilarang untuk mengunjungi pulau ini untuk perbaikan alam. Selanjutnya harus ada mekanisme yang baik untuk mengatur lalu lintas wisatawan beserta barang bawaannya dan potensi sampah yang dibawa.

Jika anda ingin mengunjungi pulau sempu, sebaiknya anda urungkan niat jika anda tidak dapat menjaga lingkungan, karena pasti anda akan merasa miris dengan keadaan alam yang kotor akibat sampah. Alangkah baiknya kalau anda datang beramai-ramai dan membersihkan sekitaran area segara anakan, mungkin akan jauh lebih bermanfaat bagi keseimbangan alam. Namanya juga pecinta alam..beda kan dengan penikmat alam?

Mencari Sinar-Nya Sunrise View Borobudur

Awesome, satu kata yang terucap saat saya mengintip viewfinder landscape borobudur dari spot punthuk setumbu ini. Inilah menikmati megahnya candi borobudur dengan cara lain. Tak hanya sekedar menaiki candi, mungkin banyak sekali orang-orang yang sudah mendaki tangga candi yang megah ini namun baru sedikit orang yang tau untuk menikmati indahnya candi ini bisa dengan memburu sunrise berlatar borobudur ini.

Saya ingin bercerita bagaimana perjalanan saya yang tanpa rencana bisa sampai ke Punthuk Setumbu ini. Senin, tanggal 11 Maret kemarin saya cukup beruntung mendapatkan hari libur “kecepit”, karena tanggal 12 maret hari raya Nyepi. Setelah seminggu selalu pulang diatas jam 10 malam karena rapat dan ditutup dengan menghabiskan weekend dengan kegiatan menguras otak sampai pagi. Akhirnya setelah saya “tepar” seharian menabung tidur, senin itu saya merasakan ada yang hilang setelah sibuk menjadi “nothing to do” dan akhirnya saya berangkat dari kampung menuju yogyakarta. Sebenarnya saya memiliki beberapa tanggungan di kampung dan tidak mendapat restu dari orang-orang dirumah kalau saya hanya pulang mampir tidur. Tapi karena pikiran sudah penuh, saya merasa perlu menguras pikiran saya agar kembali fresh.

Baca lebih lanjut

Canyoning di Curug Indah Tegalrejo

Berawal dari sms ajakan untuk ke sekre, saya akhirnya berangkat juga dengan rasa malas karena sebenarnya saat itu sedang galau akademik. Sampailah di sekre, seperti biasa saya bertemu penghuni setia sekre yaitu mas aal, mbak febri dan mas limpunk serta teman-temannya yang bernama mas wisnu dan satu lagi saya lupa walaupun sudah berkenalan.

Setelah bercerita kesana kemari saya diperlihatkan sebuah video tentang canyoning, apakah itu canyoning? Canyoning adalah kegiatan outdoor  gabungan antara caving, trekking, renang, serta abseiling/rappeling (menurut wikipedia). Secara kasarnya yang saya lihat di video adalah kegiatan menelusuri sungai dan menuruni air terjun, yang terlihat dalam video tempat yang biasanya diexplore adalah di daerah ngarai, air terjun yang banyak. Kegiatan itu masih sangat jarang, di Indonesia saja baru ada di Bali dan Flores. Begitu melihat video itu, teman-teman tertarik untuk mencoba, dan berdiskusi dengan saya. Saya yang diiming-imingi video tersebut juga merasa ingin mencoba kegiatan itu.

Sepulang dari kampus, saya browsing-browsing apa saya yang perlu dipersiapkan, melihat video-video canyoning, apa yang dilakukan oleh mereka dan menimbang kegiatan-kegiatan yang bisa dicontoh untuk dipraktekan dan aman untuk dicoba. Setelah itu, mulailah saya browsing spot air terjun yang mungkin bisa digunakan untuk canyoning.  Setelah browsing sana sini, ada beberapa spot yang bagus secara viewnya dan mungkin bisa dicoba untuk canyoning dan saya berbagi link dengan mas aal sebagai master kegiatan outdoor memberikan rekomendasi dan akhirnya terpilih tujuan canyoning pertama kali di Curug Indah Tegalrejo.

wpid-DSC_0074.jpg

Curug Indah Tegalrejo, atau juga biasanya disebut juga curug Bayat terletak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul. Namun beberapa orang menyebut curug Bayat karena akses yang lebih terjangkau melalui Bayat, salah satu daerah di Klaten, Jawa Tengah. Jika dari arah Yogyakarta atau Solo, arahkan menuju Klaten lalu menuju makam sunan pandanaran atau juga ke sentra gerabah di Wedi, selanjutnya menuju bayat, jika sudah memasuki bayat, arahkan menuju kantor kecamatan bayat dan beloklah masuk ke dalam gang di samping koramil depan kantor kecamatan.

Perjalanan kami dari Jogja menggunakan sepeda motor dimulai pukul 09.30 dan menuju Wedi, Klaten. Setelah itu kami sempat kebingungan mencari arah ke kecamatan bayat yang ternyata cukup jauh dari keramaian pasar di daerah bayat. Kami sempat bertanya kepada penduduk sekitar dan akhirnya menemukan kecamatan bayat dan melanjutkan menuju curug. Jalan yang kami tempuh cukup baik hanya penunjuk jalan yang sedikit kami temui. Kami sampai di lokasi pada pukul 12.30 dan menitipkan motor di tempat parkir. Curug ini telah dikelola oleh warga dan terdapat warung yang menyediakan makanan kecil sebagai pengganjal lapar.

Baca lebih lanjut

Rinduku diantara kabut di Gunung Bromo

Sepagi ini, segalau-galaunya mengingat masa lalu ketika saya membuka album foto yang ada di laptop saya. Setengah tahun yang lalu, ketika indahnya dunia ini terasa #eh pergilah saya mengadakan sebuah trip bersama keluarga saya. Inilah mimpi selama saya hidup, jalan-jalan jauh dengan keluarga. Semenjak dulu kecil, selalu ada janji ayah untuk suatu saat nanti kami sekeluarga akan pergi jalan-jalan jauh. Tau saja ayah kalau naluri bakat travelling saya sudah muncul dari kecil.

Mbromo
Baik daripada nanti curhat saya semakin berkepanjangan, mulai saja ceritanya perjalanan mengingat rindu akan kabut di gunung bromo. Ijinkan saya galau sebentar, ketika ingat kabut, maka teringat cinta yang telah tiada. Hahaha.

Baca lebih lanjut